Kenyang di panggung festival dan berhasil menelurkan album indie dua kali ternyata tak membuat Night to Remember benar-benar siap menghadapi major label. Pada awal workshop penggodokan album WAKE UP bersama dengan Piyu Padi, NTR harus menanggalkan keegoisan dalam bermusik.
"Awalnya kerasa banget, karena di dua album sebelumnya kan kita olah sendiri semua jadi egoisme berkarya itu tertampung. Tapi di album yang digarap bersama Mas Piyu, kita harus belajar untuk memadukan kemampuan berkarya kita dengan kemauan pasar agar bisa diterima oleh berbagai golongan," ujar Arbillsan gitaris NTR ditemui di Kantor Emotion, Jl Blora Jakpus.
[Info untuk Anda: "Semua berita KapanLagi.com bisa dibuka di ponsel. Pastikan layanan GPRS atau 3G Anda sudah aktif, lalu buka mobile internet browser Anda, masukkan alamat: m.kapanlagi.com"]
Salah satu perbedaan yang mencolok adalah menggunakan bahasa Indonesia dalam lirik lagu mereka. "Di album indie semua lagu kami menggunakan bahasa Inggris," cerita Dema sang vokalis.
Bersama dengan Kandar (gitar), Waski (bass), dan Kiki (drum), Dema mengakui bahwa kemampuan bermusik mereka dipengaruhi banyak band luar negeri. "Unsur yang masuk dalam karya kami memadukan kesukaan masing-masing personel," terang Dema.
Mengusung warna musik power pop, NTR menggabungkan unsur keras dan lembut dalam setiap lagunya. Setelah merilis single andalan Sorry, Dirinya Bersamaku. NTR memiliki ciri khas dengan menggunakan celana pendek setiap manggung. "Untuk mempertahankan semangat muda," imbuh Arbil. (kpl/uji/boo)
Sumber: Kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar